GENERATION OF PHYSICS |
HUKUM FISIKA PADA ROLLER COASTER Posted: 21 Apr 2013 08:12 PM PDT Oleh: Niken Paramitha Wulandari Anda mungkin salah satu penggemar permainan adrenalin yang satu ini, roller coaster. Siapa yang tak kenal dengan pemainan yang satu ini. Roller coaster merupakan wahana permainan berupa kereta yang dipacu dengan kecepatan tinggi pada rel khusus. Rel ini ditopang oleh rangka baja yang disusun sedemikian rupa. Wahana ini pertama kali ada di Disney Land Amerika Serikat. Tapi tahukah Anda, roller coaster tidak hany bisa memacu adrenalin Anda, tapi juga ada hukum fisika dibaliknya? Apa saja?? Yuks baca selanjutnya... 1.Energi Potensial (Ep) Energi Potensial (Ep) adalah salah satu hukum fisika yang ada di wahana ini. Ep bernilai maksimum saat roller coaster berada di posisi puncak lintasan. Dan bernilai nol saat berada di posisi terendah. Energi potensial diubah menjadi energi kinetik ketika roller coaster bergerak menurun. 2.Energi Kinetik (Ek) Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Energi Kinetik (Ek) adalah kebalikan dari energi potensial. Energi kinetik bernilai maksimum ketika ada di posisi puncak. Energi kinetik diubah menjadi energi potensial ketika roller coaster bergerak naik. 3.Dinamika Roller Coster Gerak roller coaster mengalami percepatan. Yakni perubahan kecepatan terhadap waktu. Kecepatan bertambah terhadap waktu ketika bergerak menurun. Roller coaster mengalami perlambatan (percepatan negatif). Yakni kecepatan berkurang terhadap waktu ketika bergerak naik. Perubahan kecepatan ini juga terjadi saat roller coaster berubah arah. Pada roller coaster Anda juga tentu mengalami gaya gravitasi. Gaya ini disebabkan oleh tarikan massa bumi terhadap massa tubuh. Bumi memiliki massa yang lebih besar dibandingkan dengan massa tubuh manusia. 4.Kekekalan Energi Dalam proses perubahan energi kinetik menjadi energi potensial dan sebaliknya ada sebagian energi yang diubah menjadi energi panas (kalor). Ini karena adanya gesekan (friksi). Misalnya, saat roller coaster bergesekan dengan lintasan rel. Energi total yang dihasilkan tidak bertambah atau berkurang. Energi ini hanya berubah bentuk. 5.Gaya Sentripetal Gaya sentripetal adalah gaya yang "berusaha" menarik objek mengarah ke titik pusat (sumbu). Ketika roller coaster bergerak melalui lintasan memutar, gaya sentripental "mempertahankan" roller coaster agar tetap bergerak memutar. |
PROTON LEBIH RAMPING BIKIN PUSING FISIKAWAN Posted: 21 Apr 2013 07:42 PM PDT Oleh: Anton William Ahli fisika dipusingkan dengan hasil pengukuran partikel penyusun inti atom. Ukuran proton lebih ramping ketimbang yang disebutkan di buku pelajaran. Berbicara pada pertemuan American Physical Society di Denver, ahli fisika dari Max Planck Institute of Quantum Optics, Randalf Pohl, mengungkapkan kegusarannya terhadap ukuran proton. "Penyusutan radius proton agak besar," ujar dia, pekan lalu. Pada Januari lalu, peneliti dari Swiss Federal Institute of Technology, Aldo Antognini mengumumkan hasil pengukuran proton. Partikel bermuatan positif yang menjadi penyusun inti atom ini diketahui berjari-jari 0,84087 femtometer --femtometer sama dengan seperseribu triliun meter. Angka ini 4 persen lebih kecil ketimbang radius yang dipakai para ahli fisika yaitu 0,8768 femtometer. Pohl mengatakan, diperlukan lebih banyak data pengukuran untuk memastikan penyusutan proton. Sebab, proton merupakan partikel tak kasat mata sehingga sangat mungkin peneliti melakukan kesalahan pengukuran. Proton biasanya diukur menggunakan dua metode. Cara pertama dilakukan dengan menembakkan elektron ke proton. Ukuran proton bisa diketahui dari pembelokan lintasan elektron. Cara kedua dilakukan dengan melihat kelakuan elektron. Partikel bermuatan negatif ini mengelilingi proton yang bermuatan positif pada tangga-tangga energi. Elektron bisa melompat dari satu tangga ke tangga lainnya sambil melepaskan atau menangkap energi. Jumlah energi lompatan ini dipakai untuk mengetahui kekuatan tarikan proton. Ukuran proton sendiri bisa dihitung dari kekuatan tarikan ini. Pohl mengembangkan metode pengukuran lain. Ia tak lagi menggunakan elektron sebagai "mistar". Kali ini mereka menggunakan partikel bermuatan negatif lain yang disebut muon. Partikel ini 200 kali lebih berat ketimbang elektron sehingga memutar proton pada jarak 200 kali lebih dekat. Jarak yang lebih dekat ini menjadikan muon sebagai "mistar" yang lebih akurat dalam mengukur radius proton. "Jarak yang lebih dekat memberikan gambaran lebih baik," ujar dia. Para ahli menunggu hasil pengukuran menggunakan metoda baru. Jika hasilnya membenarkan penyusutan proton, para fisikawan dipastikan menghadapi masalah besar karena harus membuat teori baru untuk menjelaskan proton yang lebih ramping. Sumber: fisikanet.lipi.go.id |
You are subscribed to email updates from GENERASI FISIKA SMA/MA To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 Komentar:
Posting Komentar
1. Silahkan tulis komentar anda
2. Dikolom 'Beri Komentar Sebagai' pilih saja Name/URL
3. Isilah nama&URL anda. atau *URL bisa dikosongi
4. Poskan komentar
5. Klik tombol LIKE/SUKA pada laman disebelah kanan.
6. Kunjungi tulisan lainnya di bawah ini.